Judul Buku : Overture : Sebuah Lagu Kala Mendung
Penulis : Disa Tannos
Tebal : 192 halaman
Terbit : Agustus 2014
Penerbit : SekataMedia
Editor: Patres
ISBN : 9786027031838
Blurb:
Di tengah mendung sebuah lagu telah dimulai. Terlalu cepat dan tanpa aba-aba. Seperti hujan yang deras tiba-tiba.
Aku selalu percaya jatuh cinta dan patah hati merupakan dua hal yang terlalu dibesar-besarkan. Sejak kepergian Ayah, tak ada pertemuan yang begitu menyenangkan atau perpisahan yang begitu pedih. Jika kau tak pernah ada, Raka, aku pasti masih punya keyakinan yang sama. Tapi siapa sangka ternyata aku tak sekuat itu, tak sekuat Ibu?
Tatapannya yang mendung. Gerak-geriknya yang cemas. Bibir mungilnya yang selalu bersenandung. Raka ingin sekali tenggelam di balik matanya dan menyelami setiap cerita yang disimpannya rapat-rapat. Dan saat perempuan itu menumpahkan begitu banyak duka di dada Raka, ia ingin sekali berada di sana selamanya.
Tapi ia tak bisa. Sebab perempuan itu bukan Rena.
Resensi:
Awalnya, membeli novel ini lantaran penasaran dengan penerbit baru, yaitu Penerbit Sekata Media. Dan, alasan selanjutnya lantaran kavernya berwarna hitam, meskipun awalnya saya ragu lantaran gambar dalam kaver adalah mata satu ~ mau tak mau saya berpikir yang macam-macam mengenai novel ini.
Saya membeli novel tersebut tanpa membaca blurb yang tercetak pada kaver belakang buku.
Membaca narasi awal dalam novel ini, saya langsung jatuh cinta pada cara bercerita Disa Tannos. Bisa dikatakan cara bertuturnya halus, mengena di hati, meskipun memakai pov 3 yang kebanyakan tak banyak membicarakan mengenai isi hati si karakter. Bisa dibilang, cara bertuturnya "aku banget".
Overture adalah novel pertama Disa Tannos, seperti yang dikatakan oleh pembaca yang tercetak pada buku, cerita novel ini apik, dan tak kentara kalau Disa Tannos ada seorang pemula dalam menulis novel. Dan, meskipun Sekata Media merupakan penerbit baru, tak menyangka bahwa novel yang diterbitkannya sebagus dan semanis ini. (Saya harus banyak-banyak hunting novel dari penerbit lain, nih!)
Overture pada bab-bab awal menceritakan mengenai masalah yang dihadapi oleh Raka, kemudian pada bab berikutnya mengenai masalah si Kei. Awalnya, saya pikir novel ini menceritakan dua kisah yang berbeda dan sempat merasa jengah lantaran tak cepat-cepat masuk sebenarnya hubungan antara Raka dan Kei ini apa. Kemudian, barulah melalui Adam mereka dipertemukan.
Raka seorang fotografer profesional, yang ditinggal istrinya, Rena, selama dua tahun. Dia tak tahu Rena menghilang ke mana, dan kapan ia akan kembali. Akibatnya, Raka frustasi dan mengabaikan tugasnya sebagai seorang orangtua untuk Regi. Regi, anak semata wayangnya bersama Rena itu memiliki emosi yang tak stabil, dan Raka baru menyadarinya. Kemudian, ia membawa Regi ke psikolog, Adam, teman Rena semasa SMA. Adam menyarankan Raka untuk sementara waktu mengurus Regi di rumah, homeschooling. Nah, kemudian Adam meminta Kei untuk memberikan les privat pada Regi, di rumah Raka.
Kei mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk mengurus skripsi, dia memiliki kecemasan-kecemasan yang ia ekspresikan dengan bernyanyi tanpa sadar. Semenjak Ayahnya pergi limabelas tahun yang lalu, itulah yang dirasakan Kei. Ia selalu sendu dan murung. Saat ditawari Adam untuk memberi les privat pada Regi, ia ragu, namun ibunya, menyarankan untuk menerima tawaran tersebut. Akhirnya, Kei mengajar Regi meskipun ia sama sekali tak tahu menahu mengenai anak kecil.
Pertemuan Raka dan Kei, seperti melihat bayangan mereka sendiri pada cermin. Sama-sama memiliki sakit yang tak seorang pun dapat mengerti. Keduanya seakan menemukan seseorang yang bisa benar-benar mengerti dengan keadaan mereka. Mereka saling menguatkan, dan lambat laun mereka saling jatuh cinta. Namun, saat keduanya telah menyadari, Rena, istri Raka kembali.
Penasaran? Baca sendiri kelanjutan cerintanyaaaa :D
Sedikit ulasan mengenai Overture telah saya bahas di atas. Teman-teman yang suka dengan cerita yang mengalir pelan, dan tak suka dengan dialog yang terlalu tajam khas remaja, novel ini cocok sekali. Bahkan, saya tak menemukan typo ketika membaca cerita ini. Eentah terlewat lantaran terlalu asik, atau memang sang penulis dan editor bekerjasama dengan apik.
No comments:
Post a Comment