Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagasmedia
Tahun terbit : 2014
Review:
Ini kali pertama saya me-review sebuah novel dan kesempatan pertama ini saya berikan kepada novel Interlude karya Windry Ramadhina. Novel ini saya beli secara Pre-Order karena saya ingin mendapatkan TTD dari sang penulis. ^^
Interlude menceritkan seorang perempuan bernama Hanna, yang memiliki masa lalu yang buruk mengenai seorang lelaki. Ia mendapatkan perlakuan buruk oleh kakak kelasnya, yang tidak pernah ia duga akan setega itu terhadap dirinya. Kakak kelasnya berkata mencintainya, namun menyakitinya. Hal itu menimbulkan trauma berat baginya terhadap lelaki. Meskipun kejadian itu sudah berlangsung setahun yang lalu, sampai saat ini ia selalu bermimpi buruk. Bahkan, untuk berbicara pun ia masih terbata-bata.
Interlude juga menceritakan mengenai Kai, pemuda yang tidak kalah berantakannya dari Hanna. Bahkan, apapun yang ia lakukan tidak memiliki sebuah tujuan. Dia tidak peduli mengenai apapun dan siapapun (kecuali tentang band-nya, tentunya). Hingga dia bertemu dengan Hanna. Sikap malu-malu Hanna membuatnya tertarik dan mulai mendekati perempuan penuh luka itu, ia menganggap Hanna sama saja dengan perempuan-perempuan yang lainnya; bermuka dua. Namun, ia salah. Dan, dia menyadari hal itu ketika dia sudah melukai hati Hanna.
Kai mencoba memperbaiki kesalahannya, namun Hanna sudah terluka. Perempuan itu ingin percaya kembali, tetapi trauma yang ditimbulkan oleh kakak kelasnya membuatnya takut untuk mempercayai cinta yang ditawarkan oleh Kai. Terlebih lagi, Hanna melihat Gitta (teman satu band Kai) yang tetap bertahan dengan kekasihnya, meskipun ia telah di sakiti. Hanna semakin takut akan memberikan kepercayaannya kepada Kai. Kai-pun mulai menyerah untuk membuktikan cintanya kepada Hanna.
Interlude mengajak saya untuk menikmati kisah cinta manis. Terus terang sebagai "penggila" dari karya Windry, saya kurang puas dengan Interlude jika dibandingkan dengan novel-novel karya Windry sebelumnya (terutama Memori). Karena di Interlude mengangkat tema klise, namun Windry berhasil membuat saya terus membaca kisah Hanna dan Kai hingga akhir. Ditambah lagi, karakter Hanna yang kuat. Saya bisa merasakan bagaimana menjadi Hanna yang berbicara terbata-bata, gugup saat mata Kai memandangnya, dan ketakutannya terhadap lelaki. Windry berhasil menggambarkan separah apa trauma yang dialami Hanna. Dan, karakter Kai yang bad boy sudah terlalu umum saya rasakan. Ada lagi, Jun, yang begitu tenang tanpa emosi (saya rasa jatuh cinta dengan Jun).
Ada beberapa hal yang mengusik hati saya, menurut saya sebuah Trauma tidak akan begitu cepat hilang apalagi hanya setahun. Saya rasa di sini Hanna cukup berani untuk tinggal di apartemen seorang diri setelah apa yang ia alami, meskipun kejadian itu sudah berlangsung setahun yang lalu. Buat saya waktu setahun terlalu sedikit untuk mengambil keputusan tinggal seorang diri. Karena saya melihat Hanna sangat trauma karena untuk berbicara saja terbata-bata dan menunduk. Itu membuktikan bahwa dia begitu terluka dan takut.
Meskipun begitu saya tetap berterima kasih pada sang penulis yang menyajikan cerita manis ini. Kisah ini mengajarkan kita untuk tetap percaya pada kekuatan cinta dan tetap percaya akan selalu ada yang tulus mencintai kita sekelam apapun masa lalu kita. Ditambah lagi ada lagu-lagu yang dimainkan oleh Kai di novel ini, saya suka lagu-lagunya. Sebelumnya saya juga menemui lagu-lagu Nouvelle Vague dalam novel Windry yang lain, Metropolis.
"Sehina apapun masa lalu seseorang, masa depannya masih suci"
Wulansari,
Mojokerto, 09 Juli 2014
01:34
No comments:
Post a Comment